16 February 2007

Lilin Harapan

Ada empat batang lilin sedang menyala, dan sedikit demi sedikit habis meleleh. Suasana begitu sunyi, sehingga terdengarlah percakapan di antara mereka.

Lilin yang pertama berkata, “AKU ADALAH DAMAI, namun manusia tak pernah mampu menjagaku. Maka lebih baik aku mematikan diriku saja!” Maka sedikit demi sedikit lilin itu padam.

Lilin yang kedua berkata, “AKU ADALAH IMAN, sayangnya aku tak berguna lagi. Manusia tak mahu mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya lagi aku untuk tetap menyala.” Selesai berbicara, tiupan angin memadamkannya.

Dengan rasa sedih, giliran lilin ke tiga pula berkata, “AKU ADALAH CINTA, tak mampu lagi manusia untuk tetap menyala dengan cinta. Manusia tidak lagi memandang dan menganggapku berguna, mereka saling membenci, bahkan mereka membenci yang mencintainya, membenci keluarganya!” Tanpa menunggu waktu yang lama, maka matilah lilin ke tiga.

Tanpa terduga… seorang kanak-kanak masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga-tiga lilin itu telah padam. Kerana takut akan kegelapan, maka dia berkata, “Ehh, apa yang terjadi? Kamu semua harus tetap terus menyala, aku takut kegelapan!”

Lalu dia menangis tersedu-sedu.

Dengan terharu lilin ke empat pun berkata, “Jangan takut, jangan menangis. Selagi aku masih ada dan tetap menyala, kita akan tetap dapat menyalakan ketiga-tiga lilin itu lagi, AKULAH HARAPAN!”

Dengan mata bersinar, kanak-kanak tadi mengambil lilin HARAPAN, lalu menyalakan ke tiga lilin lainnya yang telah padam.

Apa yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN yang ada pada diri kita dan setiap daripada kita semoga dapat menjadi seperti kanak-kanak tersebut. Yang dalam situasi apa pun mampu menghidupkan kembali IMAN, DAMAI, CINTA dengan HARAPANNYA!

0 comments:

Post a Comment

Blog Widget by LinkWithin